Return to site

Equity World | Bursa Asia Berakhir Mixed, Nikkei Menghijau Tapi KOSPI Ambles

Equity World | Bursa Asia Berakhir Mixed, Nikkei Menghijau Tapi KOSPI Ambles

Equity World | Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Selasa (7/6/2022), setelah bank sentral Australia mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat naik 0,1% ke level 27.943,949, Shanghai Composite China menguat 0,17% ke 3.241,76, Straits Times Singapura bertambah 0,15% ke 3.231,54, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,63% ke posisi 7.141,045.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,56%, ASX 200 Australia ambruk 1,53% ke 7.095,7, dan KOSPI Korea Selatan ambles 1,44% ke posisi 2.632,32.

Di Australia, saham perbankan terpantau ambruk setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Saham Commonwealth Bank of Australia ambles 2,6%, sedangkan saham Westpac ambrol 2,13%, dan National Australia Bank ambruk 3,25%.

Bank sentral Negeri Kanguru mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Hal ini membuat pasar terkejut, pasalnya RBA telah menaikkan suku bunga acuannya dalam dua bulan beruntun.

Pada hari ini, RBA memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 0,85%. Suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2019, atau sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda.

Kenaikan suku bunga tersebut lagi-lagi lebih tinggi dari hasil survei Reuters yang memperkirakan sebesar 25 bp menjadi 0,6%.

Sebelumnya pada bulan lalu, RBA menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp ke level 0,35%. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak November 2010.

Bahkan kenaikannya lebih besar dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 15 basis poin.

Langkah agresif yang diambil RBA menunjukkan bagaimana inflasi bisa menjadi masalah besar bagi perekonomian, sehingga harus segera diredam.

Biro Statistik Australia (ABS) pada April lalu melaporkan inflasi di kuartal I-2022 melesat 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut sudah jauh lebih tinggi dari target RBA sebesar 2-3%.

Di lain sisi, bursa saham Asia-Pasifik yang beragam terjadi karena investor masih cenderung wait and see atau berhati-hati untuk memburu saham-saham, karena mereka menilai bahwa kondisi global saat ini masih cenderung tidak pasti.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka (futures) indeks bursa saham AS terpantau cenderung melemah karena investor menanti rilis data inflasi Negeri Paman Sam pada bulan Mei lalu yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada bulan lalu diprediksikan akan sedikit lebih rendah ketimbang bulan April dan beberapa analis mengharapkan IHK akan menunjukkan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.

Investor juga masih memperkirakan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan bersikap agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan berikutnya.

Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,25-1,5% pada rapat 15 Juni mendatang mencapai 98%. Pada akhir tahun, pasar memperkirakan suku bunga acuan Negeri Paman Sam berada di 2,75-3%, peluangnya 52,5%.