Return to site

Equity World | Bursa Asia Dibuka Merah, Cuma STI-KOSPI yang Masih Bergairah

Equity World | Bursa Asia Dibuka Merah, Cuma STI-KOSPI yang Masih Bergairah

Equity World | Mayoritas Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Selasa (31/5/2022), di tengah sikap investor yang cenderung merespons dari rilis data aktivitas manufaktur China pada periode Mei 2022.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,11%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,39%, Shanghai Composite China turun 0,17%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,39%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura menguat 0,31% dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,1%.

Dari China, Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistic/NBS) melaporkan data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Mei 2022 naik menjadi 49,6, dari sebelumnya pada bulan April lalu di angka 47,4.

Meski kembali naik, tetapi PMI manufaktur China masih berada di zona kontraksi. Asal tahu saja, PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Hal ini karena adanya dampak dari kebijakan penguncian wilayah (lockdown) secara ketat untuk mengekang Covid-19 di China, utamanya di Shanghai.

Dengan adanya lockdown ketat ini, maka industri di kota Shanghai terpaksa tidak beroperasi dan berpengaruh terhadap aktivitas manufaktur di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Meski begitu, membaiknya PMI manufaktur China terjadi setelah industri kembali beroperasi setelah kebijakan lockdown di kota Shanghai diperlonggar.

"Beberapa produsen di Shanghai yang harus menghentikan operasi pada bulan April diizinkan untuk melanjutkan produksi bulan ini. Namun, langkah-langkah yang diterapkan di pusat manufaktur utama Changchun dan Shenyang dibatalkan. Pencabutan pembatasan antarkota juga mengurangi gangguan rantai pasokan," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom di Capital Economics, dikutip dari Reuters.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), bursa sahamnya (Wall Street) pada perdagangan Senin kemarin tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati Hari Pahlawan (memorial day).

Meski libur, tetapi pelaku pasar di bursa AS terpantau mulai memupuk optimisme setelah muncul data inflasi belanja perorangan dan rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sepanjang pekan lalu, Dow Jones melompat 6,2% dan memutus koreksi 8 pekan beruntun yang merupakan pelemahan terpanjang sejak tahun 1923. Indeks S&P 500 lompat 6,5% dan Nasdaq melesat 6,8%. Keduanya sukses mengakhiri koreksi 7 pekan beruntun.

Kini, Nasdaq terpaut 25,2% dari rekor tertinggi sepanjang masanya, sementara S&P 500 dan Dow terhitung 13,7% dan 10,1% dari posisi tertinggi sepanjang sejarah masing-masing.

Pasar saham AS sempat volatil sebelum akhirnya berhasil rebound, merespons rilis risalah rapat The Fed. Bukan hanya tak lagi hawkish, pejabat The Fed diketahui mengatakan akan menimbang pengetatan suku bunga setelah kenaikan agresif pada Juni dan Juli.

Ekspektasi tersebut dinilai membuat pasar menguat pada akhir Mei, dan berpeluang mengerem fenomena aksi jual pada Mei dan koreksi berkelanjutan selepas itu (Sell in May and Go Away). Aksi jual yang terjadi sebelumnya juga dinilai telah berlebihan.

Faktor lain adalah pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-ke level 2,74% pada Jumat pekan lalu. Sebelumnya, yield surat berharga negara (SBN) AS tersebut sempat menyentuh angka 3%.

Pelemahan imbal hasil akan membantu mengurangi laju koreksi saham teknologi yang dikenal 'rakus' menerbitkan obligasi untuk membiayai ekspansi mereka. Imbal hasil Treasury yang rendah akan berujung pada rendahnya kupon obligasi sehingga memperlonggar profitabilitas mereka.

Periode trading pada Mei akan berakhir pada dini hari nanti (WIB). Meski demikian, pada awal Juni-yang berlangsung pada penghujung terakhir pekan ini-masih ada data yang perlu dicermati yakni pembukaan lapangan kerja yang melambat dari posisi April sebanyak 428.000.

Malam nanti, Presiden AS, Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan bos The Fed, Jerome Powell untuk membahas isu perekonomian pada saat ini.