Return to site

Equity World | IHSG Nyusruk, Bursa Asia Malah Pesta Pora! STI Melesat

Equity World | IHSG Nyusruk, Bursa Asia Malah Pesta Pora! STI Melesat

Equity World | IHSG Nyusruk, Bursa Asia Malah Pesta Pora! STI Melesat

Equity World | Bursa saham Asia ditutup beragam mayoritas menghijau pada perdagangan Selasa (9/3/2021) di tengah sentimen positif yang masih datang dari Amerika Serikat (AS), yakni pengesahan Undang-Undang stimulus fiskal US$ 1,9 triliun.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup melesat 0,99% ke level 29.027,94, Hang Seng Hong Kong juga ditutup menguat 0,81% ke 28.773,23, dan STI Singapura bahkan melonjak 1,22% ke 3.108,53.

Sedangkan indeks Shanghai China ditutup merosot 1,82% ke 3.359,29 dan KOSPI Korea Selatan ditutup melemah 0,67% ke 2.976,12.

Senasib dengan Shanghai dan KOSPI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terdampak ditutup melemah pada hari ini, di mana indeks bursa saham nasional tersebut melemah 0,78% ke 6.199,65 pada perdagangan Selasa hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini sebesar Rp 13,4 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 740 miliar di pasar reguler.

Indeks saham Korea Selatan ditutup melemah karena investor kembali melakukan aksi jual () di saham-saham teknologi di Negeri Ginseng tersebut.

Saham teknologi di Korea Selatan cenderung mengikuti aksi jual di Nasdaq yang kaya akan teknologi, di mana saham-saham teknologi Negeri Ginseng turun lebih dari 10%, melebihi rekor penurunan pada Februari lalu.

Sementara untuk indeks saham China hari ini terkoreksi karena pelaku pasar khawatir dengan prospek kebijakan yang lebih ketat dan pemulihan ekonomi yang melambat.

Penurunan indeks saham tersebut terjadi di tengah aksi jual saham di global akibat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi dan kekhawatiran bahwa inflasi akan memaksa bank sentral untuk menarik diri dari kebijakan akomodatif lebih awal dari yang diharapkan.

"Pengetatan kebijakan yang terlalu dini dapat menciptakan risiko penurunan bagi ekonomi, namun menjaga kebijakan akomodatif terlalu lama juga dapat menyebabkan ekonomi dan pasar menjadi terlalu panas," kata Michelle Qi, Head of Equity di Eastspring Investments Shanghai.

Beberapa pelaku pasar Asia juga kembali dicekam kekhawatiran seputar kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) yang kembali menguat dan membuat investor global cenderung masuk ke pasar keuangan Negeri Adidaya.

Walaupun begitu, sebagian pelaku pasar Asia masih merespons positif terkait persetujuan Senat atas paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun dan UU mengenai insentif di kala pandemi yang salah satunya berupa bantuan langsung tunai (BLT).

Investor pekan ini akan memantau rencana DPR AS untuk memuluskan paket tersebut yang harus diteken oleh Presiden AS Joe Biden akhir pekan ini, jika ingin program tunjangan pengangguran masih berjalan.