Equity World | Wall Street Berakhir Hijau, Saham Netflix hingga Marvell Melesat
Equity World | Bursa saham AS atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Kamis (23/3/2023) waktu setempat. Pergerakan saham pada perdagangan hari Kamis dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan segera berakhir.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0, 23 persen, sementara S&P 500 ditutup naik 0,29 persen, dan Indeks saham acuan teknologi atau Nasdaq berakhir menguat 1,8 persen. Saham teknologi mengungguli karena investor mengurangi taruhan kenaikan Fed dan imbal hasil Treasury menurun.
Beberapa saham yang menopang S&P 500 mencakup Netflix yang melonjak 9 persen, Accenture naik 7,2 persen, dan Regeneron menguat 6,7 persen. Sementara itu, saham NetEase yang menguat 5,7 persen, Micron 5,4 persen, dan Marvell 5,2 persen menopang indeks Nasdaq. Pergerakan Dow juga ditopang oleh kenaikan saham Intel 3,1 persen, Microsoft 1,9 persen, dan Nike 1,2 persen.
Saham-saham teknologi merupakan sektor yang paling terpukul usai Federal Reserve menaikkan suku bunga sembilan kali berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pergantian suku bunga yang lebih rendah bulan ini menyebabkan investor kembali ke saham teknologi.
Sementara itu, bursa regional turun secara luas, dimana SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) kehilangan 2,78 persen. Hal ini terjadi usai Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pemerintah siap untuk mengambil "tindakan tambahan jika diperlukan" untuk menstabilkan sistem perbankan AS.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, atau sesuai dengan ekspektasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa kampanye pengetatan untuk melawan inflasi bisa mendekati akhir.
“Bahkan jika kesengsaraan perbankan telah diatasi dan pelarian deposito telah berakhir, saya tidak berpikir mereka akan menjadi satu-satunya berita utama yang menimbulkan risiko bagi perekonomian,” kata Liz Young, kepala strategi investasi di SoFi, dikutip dari CNBC.
"Apa yang mungkin lebih mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang adalah semacam masalah kredit karena utang perusahaan jatuh tempo dan mereka perlu membiayai kembali operasional mereka dengan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya,” tambah Young.