Equity World | Wall Street Menguat Didukung Optimisme Investor
Equity World | JAKARTA - Bursa Saham Amerika Serikat (AS), Wall Street naik pada perdagangan Kamis waktu setempat. Wall Street menguat didukung rebound saham pertumbuhan mega cap.
Dow Jones Industrial Average naik 345,09 poin atau 1,05% menjadi 33.220,8. S&P 500 naik 66,06 poin atau 1,75% menjadi 3.849,28 dan Nasdaq Composite bertambah 264,80 poin, atau 2,59%, menjadi 10.478,09.
Ketiga indeks saham utama AS menguat pada hari perdagangan terakhir tahun ini, Nasdaq dengan perusahaan teknologinya berada di depan. S&P 500 naik 1,7% dan Nasdaq naik 2,6%, membukukan kenaikan persentase satu hari terbesar mereka dalam sebulan, didorong karena meningkatnya klaim pengangguran AS menunjukkan kenaikan suku bunga Federal Reserve telah memiliki efek yang diinginkan.
"Senang melihat warna hijau di layar," kata Kepala Strategi Ekuitas Manajemen Kekayaan Bank AS, Terry Sandven, dikutip dari Antara, Jumat (30/12/2022).
"Saham cenderung lebih tinggi karena investor ingin menutup tahun 2022, sambil mendekati tahun 2023 dengan rasa optimisme yang diperbarui," tambahnya.
Namun ada yang menjadi kekhawatiran, di mana kasus Covid-19 di China meningkat setelah Beijing melonggarkan pembatasan pembatasan pandemi. Hal ini menahan selera risiko di tempat lain, menekan dolar dan membebani harga minyak mentah.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi dan perang di Ukraina menyita perhatian investor tahun ini. Tiga indeks saham utama Wall Street membukukan persentase kerugian tahunan tertajam sejak 2008, titik nadir krisis keuangan global.
"Sementara hambatan makro tetap ada, ada alasan untuk optimis. Valuasi telah diatur ulang lebih rendah, menyiratkan profil imbalan risiko yang lebih baik, khususnya di antara sektor-sektor yang berorientasi pada pertumbuhan," ujarnya.
Penurunan tajam dalam pinjaman bisnis zona euro menawarkan bukti lebih lanjut bahwa kenaikan suku bunga oleh Fed dan Bank Sentral Eropa berhasil membatasi permintaan untuk mendinginkan inflasi.
"Kinerja pada 2022 sebagian besar dipengaruhi oleh durasi dan besarnya inflasi," kata Sandven. "2023 akan menjadi tentang besarnya dan durasi resesi."