Return to site

Equityworld Futures | Wall Street Pecah Rekor, Bursa Asia Kompak di Zona Hijau

Equityworld Futures | Bursa Asia dibuka beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Jumat (6/8/2021), karena investor sedang menanti rilis data penggajian non pertanian Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada malam hari nanti waktu Asia.

Hanya indeks Nikkei Jepang dan KOSPI Korea Selatan yang dibuka menguat pada pagi hari ini. Indeks Nikkei dibuka menguat 0,21% dan KOSPI naik 0,15%.

Sementara sisanya dibuka melemah pada hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,28%, Shanghai Composite China turun tipis 0,05%, dan Straits Times Singapura terdepresiasi 0,12%.

Saham Energi dan Keuangan Topang Wall Street ke Area Hijau | Equityworld Futures

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street ditutup kembali menghijau pada perdagangan Kamis (5/8/2021) waktu setempat, setelah investor di AS menyambut gembira rilis data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Pada pekan yang berakhir 31 Juli 2021.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,78% ke level 35.064,25, S&P 500 menguat 0,6% ke 4.429,1, dan Nasdaq Composite juga melesat 0,78% ke posisi 14.895,12. Ketiga indeks utama Wall Street tersebut bersama-sama kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Investor di Wall Street menyambut gembira rilis data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Pada pekan yang berakhir 31 Juli 2021, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran turun 14.000 menjadi 385.000.

Pelaku pasar lega karena sejauh ini dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama penyebaran varian delta yang lebih menular, belum membuat pasar tenaga kerja terpukul. Misalnya di Negara Bagian Florida, salah satu wilayah yang mengalami lonjakan kasus positif tertinggi akhir-akhir ini, klaim tunjangan pengangguran malah turun.

"Data ini dikumpulkan saat terjadi peningkatan kasus positif akibat penyebaran virus corona varian delta. Sejauh ini peningkatan kasus belum menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masif. Sepertinya ekonomi sudah lebih siap dalam menghadapi gelombang serangan infeksi terbaru ini," tutur Robert Frick, Corporate Economist di Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia, seperri dikutip dari Reuters.

Berdasarkan survei Challenger, Gray and Christmas, dunia usaha AS melakukan PHK terhadap 18.942 pekerja pada Juli 2021. Turun 93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sekaligus menjad yang terendah sejak Juni 2020.

Sepanjang Januari-Juli 2021, PHK terjadi terhadap 231.603 pekerja. Turun 87,5% yoy dan menjadi yang terendah pada periode Januari-Juli sepanjang sejarah pencatatan.

Data ketenagakerjaan terbaru ini memberi konfirmasi bahwa pemulihan ekonomi Negeri Adidaya masih berada di jalur yang benar. Permintaan terus meningkat sehingga dunia usaha merespons dengan menggenjot produksi dan tidak banyak melakukan PHK.

Artinya, prospek laba emiten di Wall Street bakal cerah. Kondisi keuangan perusahaan yang semakin sehat ini membuat investor percaya diri dan melakukan aksi borong.

"Laporan keuangan emiten adalah faktor penting uang membuat pasar tetap bergairah," ujar Greg Bassuk, CEO AXA Investments yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.