PT Equity World | Memanasnya konflik Rusia-Ukraina turut menggoyang bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street. Indeks S&P 500 ditutup sedikit lebih rendah pada perdagangan Senin (14/2/2022) waktu setempat, setelah sebagian besar pulih dari aksi jual yang tajam.
Rencana AS menutup kedutaannya di Ibu Kota Ukraina, Kiev, membuat ketegangan geopolitik mendidih. Ketiga indeks saham utama AS turun tajam setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan relokasi operasi diplomatik AS ke Ukraina barat, sebagai tanda kemungkinan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Emas Berjangka Makin Diburu, Ada Apa? | PT Equity World
Mengutip Reuters, Selasa (15/2/2022), Dow Jones Industrial Average turun 171,89 poin atau 0,49% menjadi 34.566,17; S&P 500 kehilangan 16,97 poin atau 0,38% pada 4.401,67; dan Nasdaq Composite turun 0,24 poin atau 0%, menjadi 13.790,92.
Sepuluh dari 11 sektor utama di S&P 500 ditutup di wilayah negatif, dengan saham energi mengalami penurunan persentase terbesar. Hanya discretionary konsumen dan layanan komunikasi yang mengalami peningkatan.
Sebanyak 358 perusahaan di S&P 500 telah merilis laporan keuangan kuartal IV/2021. Dari jumlah tersebut, 78% telah mengalahkan perkiraan konsensus, menurut data Refinitiv.
Menambah ketidakpastian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan Rabu akan menjadi hari serangan. Pejabat Ukraina kemudian mengatakan Zelenskiy tidak memprediksi serangan pada hari itu tetapi menanggapi dengan skeptis terhadap laporan media asing.
Pada penutupan Wall Street ini, Dow Jones Industrial Average bergabung dengan S&P 500 di wilayah negatif, sedangkan Nasdaq Composite Index pada dasarnya tidak berubah.
Kekhawatiran yang sedang berlangsung atas kebijakan agresif dari bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed juga telah berkontribusi pada volatilitas pasar baru-baru ini.
Menteri luar negeri Prancis mengatakan semuanya sudah bersiap untuk serangan Rusia, dan Eropa siap menjatuhkan sanksi besar-besaran jika itu terjadi.
Kecemasan geopolitik telah membara dalam beberapa pekan terakhir ketika para perunding bergegas untuk menemukan jalur diplomatik ke depan manakala Rusia mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina.
Namun, kejatuhan pasar akibat gejolak geopolitik cenderung cepat berlalu, menurut data historis. "Sejarah sebenarnya memberi tahu investor bahwa serangan militer dan teroris cenderung memiliki guncangan berumur pendek karena tidak mengakibatkan resesi global," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.