PT Equityworld | Sebelum IHSG Ambruk, Dana Pensiun Borong Saham Rp 1,9 T
PT Equityworld | Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam 2 hari perdagangan terakhir sejak Senin kemarin (5/8/2019), industri dana pensiun ternyata sudah terlebih dahulu mencatatkan penambahan investasi saham sekitar Rp 1,93 triliun selama periode Desember 2018 hingga Juni 2019.
Data Statistik Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, ada dua jenis dana pensiun yakni Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
DPPK menjalankan dua program pensiun yakni Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) serta dipayungi Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), sementara DPLK hanya menjalankan satu program yakni PPIP dan di bawah naungan Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (ADPLK).
Pada Desember 2018, total investasi di instrumen saham dari pelaku industri dana pensiun nilainya mencapai Rp 30,85 triliun, terdiri dari DPLK Rp 3,16 triliun, dana pensiun PPMP Rp 20,94 triliun, dan dana pensiun PPIP Rp 6,75 triliun.
Sementara pada Juni 2019, total investasi saham bertambah menjadi Rp 32,78 triliun, terdiri dari DPLK Rp 3,84 triliun, dana pensiun PPMP 21,83 dan dana pensiun PPIP Rp 7,11 triliun.
Total investasi saham tersebut bertambah Rp 1,93 triliun atau sebesar 6,3% pada periode tersebut. Sementara IHSG pada periode itu naik 2,6% dari 6.194,50 di akhir Desember 2018 menjadi 6.358,63 di akhir Juni 2019.
Sisa instrumen investasi tersebar di jenis lain seperti investasi langsung, sukuk, MTN (medium term notes), EBA (efek beragun aset), dan investasi tanah dengan porsi kecil.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri menilai penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam 2 hari terakhir perdagangan ini belum berdampak signifikan terhadap hasil investasi dana pensiun karena penurunan tersebut lebih dipengaruhi sentimen luar negeri ketimbang domestik.
"Selama 2 hari memang turun, tapi kan kami ngelihat enggak ada fundamental [IHSG]. Tapi ini terjadi awal bulan, jadi masih jauh. Kalau terjadi di akhir bulan [Agustus] mungkin bisa turun [hasil investasi]. Tapi masih bisa naik lagi [IHSG]," kata Suheri, dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).
Dia mengatakan beberapa sentimen yang berpengaruh ke penurunan IHSG di antaranya penyesuaian anggota indeks MSCI, perang dagang AS-China yang kian menggelora, dan kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang menurunkan kebijakan suku bunga dan menegaskan tidak bersikap sabar alias dovish.
Senin kemarin (5/8/), IHSG terjun bebas hingga 2,59%. Per akhir sesi I hari ini, Selasa, IHSG juga jatuh 0,98% ke level 6.115,13. Tak sekalipun IHSG merasakan manisnya zona hijau pada hari ini. IHSG malah sempat tercatat ambruk lebih dari 2%.
"Untuk industri dana pensiun [termasuk dana pensiun lembaga keuangan/DPLK), porsi saham hanya 11-12% dari total investasi industri. Ada dampak, tapi impact-nya tidak terlalu, ini bukan penurunan permanen karena biasanya naik turun lagi, ekspektasi kami IHSG di level 6.800 sebagaimana prediksi beberapa sekuritas," katanya.