Equity World Futures | Bursa Asia Dibuka Kebakaran, IHSG Kudu Waspada
Equity World Futures | Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (14/8/2023), di tengah naiknya lagi inflasi terbaru di AS, setelah selama setahun mengalami penurunan.
Per pukul 08:52 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,38%, Hang Seng Hong Kong ambruk 1,7%, Shanghai Composite China terpangkas 0,64%, Straits Times Singapura ambles 1,54%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,43%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,61%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah terkoreksinya mayoritas bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,2%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup melemah. S&P 500 turun 0,11%, sedangkan Nasdaq melemah 0,68%.
Wall Street terkoreksi karena investor menimbang dampak dari naiknya inflasi AS periode Juli 2023, baik dari inflasi ditingkat konsumen (consumer price index/CPI), maupun produsen (producer price index/PPI).
CPI AS pada bulan lalu mencapai 3,2% (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan 3,0% pada Juni lalu yang sebesar 3%. Meskipun demikian, laju inflasi di bawah ekspektasi sebesar 3,3% (yoy).
Kenaikan inflasi tersebut menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan CPI.
Inflasi AS sempat menyentuh 9,1% (yoy) pada Juni 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir akibat melonjaknya harga komoditas global, tertutama di sektor energi, yang dipicu perang Rusia-Ukraina.
Adapun, inflasi inti, yang tak mencakup harga bergejolak tercatat sebesar 4,7% (yoy) pada Juli 2023, turun tipis dari dari bulan sebelumnya dan ekspektasi ekonom sebesar 4,8%% (yoy).
Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Paman Sam pada Juli 2023 tercatat sebesar 0,2%, tak berubah dari bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
Tak hanya CPI yang mengalami kenaikan, PPI Negeri Paman Sam juga mengalami kenaikan. PPI AS pada Juli 2023 meningkat ke 0,8% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,2% (yoy) dan ekspektasi pasar yang memperkirakan tumbuh 0,7% (yoy).
Kenaikan inflasi yang kembali terjadi setelah selama setahun mengalami penurunan membuat pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan mempertahankan sikap hawkish-nya pada tahun ini.
Selain inflasi, data tenaga kerja juga akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan moneter selanjutnya. Data tenaga kerja yang juga masih cukup kuat dapat membuat The Fed semakin kukuh mempertahankan sikap hawkish-nya.
Sikap The Fed yang masih cenderung hawkish juga dibuktikan dengan sikap beberapa pejabat The Fed yang masih bernada hawkish. Contohnya, Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan The Fed tak ragu untuk mengerek suku bunga sebesar 25 bps pada September mendatang.
Dengan masih hawkish-nya The Fed, maka pasar masih akan cenderung wait and see dan membuat pergerakan pasar saham cenderung masih akan mendatar pada tahun ini.
Selain itu, sikap The Fed yang masih 'keras' juga dapat mempengaruhi kinerja saham-saham bertumbuh (growth stock) terutama saham-saham teknologi, yang rentang dengan kenaikan suku bunga acuan. Hal ini dapat menahan pemulihan saham-saham teknologi dan growth stock lainnya.