Return to site

Equity World | Harga Emas Jeblok Akibat Ulah Arab Saudi dan Rusia

Equity World | Harga Emas Jeblok Akibat Ulah Arab Saudi dan Rusia

Equity World | Harga emas langsung jatuh setelah Arab Saudi dan negara eksportir minyak mentah (OPEC) mengumumkan pemangkasan produksi.

Pemangkasan produksi minyak dikhawatirkan akan kembali melambungkan harga energi sehingga inflasi bisa merangkak naik.

Akibatnya, inflasi Amerika Serikat (AS) terancam naik lagi. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pun bisa semakin lama mempertahankan kebijakan hawkish nya.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.967,9 per troy ons. Harga sang logam mulia anjlok 0,62%.

Dalam sepekan, harga emas melandai 0,47%. Pelemahan tersebut memperpanjang rekor buruk emas dalam dua pekan beruntun. Pada pekan lalu, harga emas juga anjlok 0,54%.

Harga emas juga masih melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (3/4/2023) pukul 06:12 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.962.02 per troy ons. Harganya turun 0,30%.

Emas terus melemah sebagai imbas dari keputusan OPEC.

"Inflasi AS bisa naik karena faktor baru ini (pemangkasan produksi minyak). Inflasi AS akan kembali naik dan ini bisa menghapus kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga di Mei," tulis analsi Sagar Dua, dikutip dari FX Street.

Seperti diketahui, Arab Saudi dan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak pada Minggu (3/4/2023). Yang mengejutkan, pemangkasan akan menembus 1,16 juta barel per hari.

Kelompok berdalih itu merupakan langkah "pencegahan" untuk menstabilkan pasar. Pemangkasan ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari.

Rusia memangkas produksi sebagai bentuk"balasan" ke sanki Barat karena persoalan Ukraina.

Secara rinci, Arab Saudi akan memotong 500.000 barel per hari, sementara Irak 211.000, UEA 144.000, Kuwait 128.000, Aljazair 48.000 dan Oman 40.000.

Langkah OPEC dan Arab Saudi ini bisa kembali melambungkan harga energi global. Harga energi adalah salah satu penyumbang inflasi terbesar di AS.

AS sendiri akan mengumumkan data inflasi Maret pada 12 April mendatang. Inflasi AS tercatat melandai 6,0% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari.

Pasar berekspektasi inflasi akan terus melandai menjadi 5,8% (yoy) pada Maret.

Gubernur Fed Governor Philip Jefferson Senin pekan lalu (27/3/2023) menegaskan jika target utama The Fed tetaplah membawa inflasi ke kisaran 2%.

"Inflasi harus dibawa kembali ke kisaran 2%, ke kisaran target FOMC (Federal Open Market Committee)," tutur Jefferson, saat berbicara H. Parker Willis Lecture, Washington and Lee University, Lexington, Virginia, pekan lalu.

Jika inflasi AS melaju kencang lagi dan The Fed mempertahankan kebijakan hawkish nya maka harga emas bisa terancam jeblok.

Kebijakan hawkish The Fed akan melambungkan dolar AS dan meningkatkan yield surat utang pemerintah AS.

Dolar yang menguat membuat harga emas semakin tidak terjangkau sehingga membuat investor semakin meninggalkan emas.

Logam mulia juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield akan membuat emas kurang menarik.